Dalam
suatu proses belajar mengajar seorang guru memegang peranan penting yaitu
memberikan bantuan kepada murid untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan
bantuan guru diharapkan murid akan lebih mudah dalam memahami pelajaran yang
diberikan. Menurut Sudjana (2000) mengajar adalah membimbing kegiatan murid
belajar. Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada di
sekitar murid sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan murid melakukan kegiatan
belajar. Menurut ahli lain mengajar di artikan sebagai suatu proses mengorganisasi
atau menata sejumlah sumber potensi secara baik dan benar sehingga terjadi
proses belajar anak. Impikasi dari pengertian tersebut bahwa peranan guru
adalah mentranmisikan atau mendistribusikan pengetahuan kepada anak-anak semata
akan tetapi sebagai direktur belajar dari sejumlah peserta didik.
Pada
dasarnya kegiatan mengajar itu seperangkat dari kegiatan yang direncanakan oleh
seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang akan diberikan kepada
orang yang ingin mendapatkan ilmu dan keterampilan dari orang yang mengajar.
Gambaran umum tentang efektivitas mengajar ditandai oleh
gurunya yang selalu aktif dan muridnya secara konsisten aktif belajar. Dalam
lingkungan pembelajaran yang efektif, murid tidak bekerja sendiri melainkan
selalu diawasi oleh gurunya dan mereka tidak banyak waktu yang terbuang begitu
saja: murid jarang pasif. Jalannya aktivitas belajar begitu aktif, sibuk, dan
menantang bagi murid akan tetapi tetap masih berada diantara tingkat
perkembangan dan kemampuan muridnya. Yang pada akhirnya murid dapat menerima
pesan atau instruksi dari gurunya dengan baik dan dapat melakukan latihan
secara independen mempelajari sesuatu sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Maksum
(2001) beberapa gambaran ringkas dari efektivitas mengajar pendidikan
jasmani sebagai berikut:
1.
Waktu, kesempatan belajar, dan materi yang diberikan. Guru selalu memfokuskan pembelajaran agar murid
mempelajari bahan pelajaran yang menjadi tujuan belajarnya. Selanjutnya guru
tersebut juga mengalokasikan waktu sebanyak-banyaknya untuk pencapaian tujuan
pembelajaran dan memberi kesempatan yang sebanyak-banyaknya kepada murid untuk
belajar secara aktif. Sementara penggunaan waktu untuk aspek-aspek lain selain
untuk tujuan akademis selalu dibatasi.
2.
Harapan dan aturan. Guru
mengkomunikasikan harapan kepada murid yang secara jelas dapat diobservasi.
Harapan guru tersebut sangat realistik dan sangat mendukung kelancaran PBM yang
akan dilakukannya. Selain itu, peranan guru dan murid dirumuskan dengan teliti,
dikomunikasikan, dan dilatihkan kepada murid.
3. Pengelolaan
kelas dan keterlibatan murid (student engagement).
Guru nampak seperti seorang manajer yang baik, guru menetapkan kegiatan rutin
pada setiap awal tahun ajaran dan mengelolanya dalam pelaksanaan PBM dengan
struktur organisasi yang ditata rapih, aturan ditetapkan dan diterapkan melalui strategi
pemberian motivasi yang positif kepada murid, pengelolaan kelas ditujukan untuk
mengoptimalkan keterlibatan murid dalam aktivitas-aktiviats akademis. Selama
PBM berlangsung, perilaku guru yang bersifat negatif hampir tidak pernah
muncul.
4. Tugas belajar yang “meaningful” dan tingkat keberhasilan yang tinggi. Aktivitas belajar yang
diberikan sesuai dengan tingkat perkembangan murid dan cukup memberi tantangan
kepada murid akan tetapi memberi kemungkinan terhadap tingkat keberhasilan
belajar yang cukup tinggi, sehingga aktivitas belajar sangat berarti bagi murid.
5.
Kelancaran dan momentum. Guru menciptakan dan memelihara jalannya PBM serta
berusaha menghindari kejadian-kejadian yang dapat mengganggu jalannya PBM.
Aktivitas belajar disusun secara bertahap melalui tahapan dan pembagian yang
runtun dan spesifik untuk menjamin keberhasilan.
6.
Mengajar secara aktif. Guru cenderung menyampaikan isi pelajaran kepada murid
tanpa harus tergantung pada media pelajaran yang tercantum pada kurikulum.
Demonstrasi dilakukan secara singkat dan diikuti oleh latihan terbimbing secara
berulang-ulang serta diselingi pengecekan terhadap pemahaman murid mengenai
latihan yang dilakukannya.
7.
Pengawasan yang aktif. Pada saat latihan terbimbing, tampak dengan jelas bahwa
murid mengerti dan tidak banyak melakukan kesalahan, selanjutnya murid diberi
kesempatan untuk berlatih secara independen. Latihan independen tersebut
diawasi oleh guru secara aktif. Demikian juga guru memantau kemajuan belajar murid,
memelihara agar murid tetap berlatih, dan memberi bantuan kepada murid apabila
diperlukan.
8.
Tanggung jawab. Guru memberi tanggung jawab kepada murid mengenai tugas
yang harus diselesaikannya. Macam-macam strategi, yang biasanya berorientasi
positif, digunakan untuk mendapatkan rasa tanggung jawab murid
9. Kejelasan, antusiasme, dan kehangatan. Guru selalu jelas dalam memberi
uraian, guru selalu antusias terhadap isi pelajaran juga terhadap muridnya,
guru selalu mengembangkan dan memelihara kehangatan lingkungan belajar sehingga
murid mempunyai sikap yang positif.
Perlu kiranya digaris bawahi bahwa
banyak guru pendidikan jasmani sekarang ini melakukan sesuatu yang termasuk
dalam satu atau beberapa kategori tersebut di atas. Namun untuk mengetahui
seberapa jauh lingkungan pembelajaran Pendidikan Jasmani sekarang ini mendekati
kategori-kategori tersebut di atas, tentu saja perlu membandingkannya dengan
cara-cara yang bisa dipertanggung jawabkan.
Berdasarkan uaraian mengenai proses
pembelajaran tersebut, maka akan terdapat tiga variabel pembelajaran yang
secara sinergi bekerja merefleksikan efektivitas pembelajaran. Ketiga variabel
tersebut adalah variabel proses guru, variabel proses murid, dan variabel hasil
belajar. Keterkaitan dari ketiga variabel tersebut digambarkan oleh Siedentop (dalam
Maksum, 2001), sebagaimana tertera dalam Gambar berikut ini.
Umpan balik hasil
|
Variabel Hasil Belajar
|
Variabel Proses Murid
(Perilaku Murid)
|
Variabel Proses Guru
(Penampilan Guru)
|
·
Pengelolaan
rutinitas
·
Pengelolaan
proses pembelajaran
·
Pengelolaan
lingkungan dan materi pembelajaran
|
·
Waktu
transisi
·
Perilaku
menyimpang
·
Waktu
aktif belajar
·
Kesempatan
·
Menerima
informasi
|
Short. term
·
Skill
·
Fitness
·
Sikap
·
Pengetahuan
·
Raihan
tujuan belajar
·
Raihan
tingkat kriteria
|
Long term
·
Fitness
·
Partisipasi
berkelanjutan
·
Kelayakan
kemampuan gerak dan olahraga
|
Umpan balik proses
|
Gambar . Keterkaitan antar variabel efektivitas pembelajaran penjas
Sumber: Maksum (2001:17)
Gambar 1 di atas menunjukkan keterkaitan
antara variabel proses pada guru dan murid yang pada akhirnya akan mempengaruhi
variabel hasil belajar murid. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari gambar
tersebut yang pertama adalah garis feedback dan garis yang menghubungkan
variabel proses guru dan proses murid yang dua arah.
Garis umpan balik yang pertama (umpan
balik proses) maksudnya adalah guru menggunakan informasi variabel proses murid
untuk merubah perilaku dan strategi mengajarnya. Sebagai contoh misalnya sebuah
penilaian terhadap salah satu variabel proses murid menunjukkan bahwa
keterlibatan murid dalam aktivitas belajar sangat kurang, maka selanjutnya
informasi tersebut menyebabkan guru merubah gaya mengajarnya agar keterlibatan murid
dalam belajar lebih meningkat.
Garis umpan balik yang kedua (umpan
balik hasil) maksudnya adalah guru menggunakan informasi variabel hasil belajar
untuk merubah strategi mengajar yang digunakan oleh gurunya. Misalnya salah
satu hasil tes variabel hasil belajar menunjukkan bahwa kekuatan tubuh bagian
atas murid sangat kurang, maka selanjutnya informasi tersebut menyebabkan guru
merubah strategi mengajarnya dengan cara memfokuskan banyak waktu mengajarnya
terhadap aktivitas yang dapat memberi sumbangan terhadap peningkatan kekuatan
anggota tubuh bagian atas untuk mengatasi masalah rendahnya kekuatan tubuh
bagian atas pada murid.
Garis dua arah yang
menghubungkan variabel proses guru dan variabel proses murid maksudnya adalah
untuk mengingatkan kembali bahwa kedua variabel tersebut saling mempengaruhi
satu sama lain. Dalam beberapa kasus mungkin kita sulit mengatakannya: apakah
dalam proses belajar mengajar, guru yang mempengaruhi murid atau murid yang
mempengaruhi guru. Kecuali jika guru memahami apa yang disebut “dual-directional
influences” yaitu proses murid dipengaruhi proses guru demikian juga proses
guru dipengaruhi proses murid, maka kesalahpahaman mungkin terjadi di dalam
menginterpretasikan kejadian dalam proses belajar mengajar.
Sebagai contoh manakala guru mendengar
bahwa “antusias” akan mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar, maka
guru seringkali hanya mengharapkan murid agar belajar dengan penuh semangat (one-directional
influence). Mungkin kita setuju bahwa semangat guru dalam mengajar akan
mempengaruhi semangat muridnya dalam belajar, demikian juga sebaliknya,
semangat murid dalam belajar akan mempengaruhi juga semangat guru dalam
mengajar yang pada akhirnya akan mempengaruhi efektivitas proses belajar
mengajar yang sangat penting bagi tercapainya keberhasilan variabel hasil
belajar murid.
Gambar 1 tersebut di atas mempunyai
asumsi bahwa guru dan murid berinteraksi satu sama lain untuk mempengaruhi apa
yang dilakukan murid pada waktu proses belajar mengajar. Kalau kita analisa
lebih jauh, kenyataannya adalah bahwa apa yang sebenarnya dilakukan murid di
dalam proses belajar mengajar itulah yang akan mempengaruhi keberhasilan
belajar murid baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan kata lain,
guru tidak mempengaruhi secara langsung fitness, skill, dan self-concepsts
murid. Apa yang dapat dilakukan guru dalam kelas pada dasarnya adalah
mempengaruhi apa yang dilakukan murid di dalam kelas dan karakteristik apa yang
dilakukan guru itulah yang pada akhirnya akan mempengaruhi fitness, skill,
dan self-concepts murid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar