Apakah sebenarnya tujuan pendidikan jasmani? Menjawab
pertanyaan demikian, banyak guru yang masih berbeda pendapat. Ada yang menjawab
bahwa tujuannya adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berolahraga.
Ada pula yang berpendapat, tujuannya adalah meningkatkan taraf kesehatan siswa
yang baik, dan tidak bisa disangkal pula pasti ada yang mengatakan, bahwa
tujuan pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Kesemua
jawaban di atas benar belaka. Hanya saja barangkali bisa dikatakan kurang
lengkap, sebab yang paling penting dari kesemuanya itu tujuannya bersifat
menyeluruh.
Adisasmita (1997) mengungkapkan secara sederhana bahwa
pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
1.
Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan
dengan aktifitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
2.
Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk
menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam
aneka aktifitas jasmani.
3.
Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran
jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan
terkendali.
4.
Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui
partisipasi dalam aktifitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.
5.
Berpartisipasi dalam aktifitas jasmani yang dapat
mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara
efektif dalam hubungan antar orang.
6.
Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktifitas
jasmani, termasuk permainan olahraga.
Diringkaskan dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran
pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain
kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif.
Pengembangan domain psikomotorik secara umum dapat
diarahkan pada dua tujuan utama, pertama mencapai perkembangan aspek kebugaran
jasmani, dan kedua, mencapai perkembangan aspek perseptual motorik. Ini
menegaskan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani harus melibatkan aktifitas
fisik yang mampu merangsang kemampuan kebugaran jasmani serta sekaligus
bersifat pembentukan penguasaan gerak keterampilan itu sendiri.
Kebugaran jasmani merupakan aspek penting dari domain
psikomotorik, yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologis organ tubuh.
Konsentrasinya lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi fungsi faal
tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem (misalnya sistem peredaran
darah, sistem pernapasan, sistem metabolisme, dan lain-lain).
Dalam pengertian yang lebih resmi, sering dibedakan konsep
kebugaran jasmani ini dengan konsep kebugaran motorik. Keduanya dibedakan dalam
hal: kebugaran jasmani menunjuk pada aspek kualitas tubuh dan organ-organnya,
seperti kekuatan (otot), daya tahan (jantung-paru), kelentukan (otot dan
persendian), sedangkan kebugaran motorik menekankan aspek penampilan yang
melibatkan kualitas gerak sendiri seperti kecepatan, kelincahan, koordinasi, power, keseimbangan, dan lain-lain.
Namun dalam naskah ini, penulis akan menggunakan konsep kebugaran jasmani
tersebut untuk menunjuk pada keseluruhan aspek di atas Lutan (2001).
Pengembangan keterampilan gerak merujuk pada proses penguasaan suatu
keterampilan atau tugas gerak yang melibatkan proses mempersepsi rangsangan
dari luar, kemudian rangsangan itu diolah dan diprogramkan sampai terjadinya
respons berupa tindakan yang sesuai dengan rangsangan itu.
Penekanan proses pembelajarannya lebih banyak ditujukan pada
proses perangsangan yang bervariasi, sehingga setiap kali anak selalu
mengerahkan kemampuannya dalam mengolah informasi, ketika akan menghasilkan
gerak. Dengan cara itu, kepekaan sistem saraf anak semakin dikembangkan.
Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep,
dan lebih penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek
kognitif dalam pendidikan jasmani, tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan
faktual semata-mata, tetapi meliputi pula pemahaman terhadap gejala gerak dan
prinsipnya, termasuk yang berkaitan dengan landasan ilmiah pendidikan jasmani
dan olahraga serta manfaat pengisian waktu luang.
Domain afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi
unsur kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan
berbuat yang perlu dikembangkan, tetapi yang lebih penting adalah konsep diri
dan komponen kepribadian lainnya, seperti intelegensi, emosional dan watak.
Konsep diri menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang tentang
kelebihannya. Konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak dan sangat
diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah
dewasa kelak.
Intelegensi emosional mencakup beberapa sifat
penting, yakni pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri, ketekunan, dan
kemampuan untuk berempati. Pengendalian diri merupakan kualitas pribadi yang
mampu menyelaraskan pertimbangan akal dan emosi yang menjadi sifat penting
dalam kehidupan sosial dan pencapaiannya untuk sukses hidup di masyarakat.
Demikian juga dengan ketekunan; tidak ada pekerjaan yang dapat dicapai dengan
baik tanpa ada ketekunan. Ini juga berlaku sama dengan kemampuan memotivasi
diri, kemandirian untuk tidak selalu diawasi dalam menyelesaikan tugas apapun.