Untuk dapat manjalankan proses pembelajaran Pendidikan
Jasmani sebagaimana diuraikan di atas secara lebih baik, maka seorang guru
harus mampu memerankan fungsi mengajar pada saat menjalankan pembelajarannya.
Fungsi mengajar adalah fungsi guru dalam proses belajar mengajar. Penggunaan
istilah ini ditujukan agar guru terfokus pada tujuan perilaku yang
ditampilkannya pada saat mengajar daripada hanya sekedar terfokus pada perilaku
mengajarnya itu sendiri. Siedentop (1991) mengemukakan tiga fungsi utama
guru pada saat melakukan pembelajaran sebagai berikut, “three major
functions occupy most of the attention of physical educators as they teach:
managing students, directing and instructing students, and
monitoring/supervising students”.
Managing students merujuk para perilaku verbal maupun
nonverbal yang ditampilkan guru untuk tujuan mengorganisir, merubah aktivitas
belajar, mengarahkan formasi atau peralatan, memelihara rutinitas baik yang
bersifat akademis maupun non akademis termasuk pengelolaan waktu transisi. Directing
and instructing students meliputi demonstrasi, eksplanasi, feedback kelompok,
dan kegiatan penutup. Monitoring merujuk pada perilaku observasi guru
terhadap murid secara pasif, sedangkan supervising merujuk pada perilaku guru yang
ditujukan untuk memelihara murid tetap aktif belajar seperti mengarahkan,
mengingatkan, dan memberikan feedback perilaku sosial (behavioral
interactions) maupun penampilan belajar murid (skill interactions).
Sementara itu, Rink (1993)
menjelaskan fungsi guru dalam proses belajar mengajar secara lebih rinci lagi
ke dalam tujuh kegiatan sebagai berikut, “identifying outcomes, planning,
presenting tasks, organizing and managing the learning environment, monitoring
the learning environment, developing the content, and evaluating”.
Walaupun kedua pendapat ahli tersebut
berbeda secara kuantitas, namun keduanya sama-sama merujuk pada esensi dari
proses pembelajaran Pendidikan Jasmani. Pendapat pertama lebih menekankan pada
fungsi pokok proses pembelajaran, yaitu pada saat menjalankan siklus Movement
Task-Student Response to Task hingga fungsi lainnya seperti persiapan
mengajar tidak termasuk di dalamnya. Sedangkan pendapat yang kedua lebih
bersifat menyeluruh mulai dari kegiatan persiapan (identifikasi hasil belajar
dan perencanaan) hingga evaluasi terhadap proses pembelajaran. Perbedaan ini
masuk akal mengingat siklus Movement Task-Student Response to Task merupakan
bagian kritis dari proses pembelajaran sehingga fungsi mengajar termasuk
keterampilan mengajar (teaching skills) yang pokok seringkali dikaitkan
dengan peristiwa siklus ini.
Untuk dapat meraih proses pembelajaran
yang lebih efektif, para guru dapat memilih dan menggunakan berbagai teknik dan
keterampilan mengajar secara efektif. Keputusan mengenai teknik dan
keterampilan mengajar bagaimana yang akan dipilih untuk menampilkan fungsi
mengajar bergantung pada apa yang diketahui (what they know), apa yang
diyakini (what they believe), minat (interest), keterampilan (skills),
dan kepribadian (personality) gurunya itu sendiri. Hal ini sejalan
dengan konsep Rink (1993) mengenai fungsi mengajar yaitu agar guru terfokus
pada “tujuan” perilaku yang ditampilkannya pada saat mengajar daripada hanya
sekedar terpokus pada “perilaku” mengajarnya itu sendiri.
Walaupun para guru memiliki
kebebasan untuk memilih dan menggunakan berbagai teknik dan keterampilan
mengajar, kriteria dan prinsip efektivitas pembelajaran yang sifatnya umum
masih tetap bisa dibuat, misalnya: penyampaian tugas gerak yang baik membuahkan
murid memahami cara melakukannya demikian juga tujuannya. Hal ini perlu
diketahui oleh setiap guru sebagai alat untuk mengevaluasi efektivitas proses
pembelajaran yang dilakukannya. Demikian juga berbagai teknik dan keterampilan
mengajar perlu diketahui dan dimiliki para guru agar dapat diterapkan dan
disesuaikan dengan konteks tempat mereka mengajar pendidikan jasmani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar