Pendidikan jasmani
pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktifitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional (Depdiknas,
2003). Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai
sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai
seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik
perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, pendidikan
jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari
perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh
perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain
dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya
seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan
perkembangan total manusia (Adisasmita, 1998).
Pendidikan jasmani
diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika
disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan
jasmani memanfaatkan alat fisik
untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui
fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan
penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya
benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut
terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung.
Hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau
tubuh semata, definisi penjas tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional
dari aktifitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani
pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan
kualitas pikiran dan juga tubuh.
Sungguh, pendidikan
jasmani ini karenanya harus
menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek
kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan
pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan
meminjam ungkapan Robert Gensemer, pendidikan jasmani diistilahkan sebagai
proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa”. Artinya,
dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan
dengan pepatah Romawi Kuno: Men sana in
corporesano (Lutan, 2004).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar